Biografi - The True Life of Habibie [Cerita di Balik
Kesuksesan]
Kategori: |
Buku-buku |
Genre |
Biografi & Riwayat Hidup |
Penulis: |
A. Makmur Makka |
“…, Oemar Bakrie, bikin otak orang
seperti otak Habibie…” (Iwan Fals, Guru Oemar Bakrie).
Begitulah Iwan
Fals megkiaskan bagaimana guru mendidik dan membentuk manusia agar menjadi
pandai, logis, cerdas, atau bahkan genius. Mengapa yang diibaratkan otak B.J.
Habibie, menurut majalah Military Technology, 1987 yang mengomentari
tentang sosok B.J. Habibie : “Manusia pintar, genius, dan mungkin dari 130 juta
hanya akan ada satu seperti dia.”. Kata-kata itu memang bukan omong kosong,
meski bukan itu yang terpenting. Tidak juga karena ia menciptakan suatu industri
pesawat terbang canggih yang tidak pernah di percaya orang akan bisa dilakukan
oleh orang-orang Indonesia. Yang lebih penting sebetulnya bahwa kehadiran dan
keberadaan B.J Habibie bagaikan angin yang telah memberikan getaran pada
serumpun bambu sehingga semua bambu di sekitarnya jadi ikut bergetar keras dan
makin keras, sehingga tidak ada lagi yang bisa menghentikan angin yang telah
menggertarkan bangsanya.
Atau menurut Letnan Jendral (Purn.) CPM
Djatikusumo, “Kalau dia bisa bikin pesawat terbang, saya tidak kagum. Tapi kalu
ia bisa membikin orang-orang yang bisa membuat pesawat terbang dalam waktu
singkat, tidak sampai satu generasi, itu saya kagumi. Itu yang paling
hebat.”
Saya pribadi memang salah satu pengagum dari B.J. Habibie. Ketika
sewaktu sekolah dasar dulu, jika di tanya tentang cita-cita kelak, saya menjawab
saya ingin menjadi insinyur seperti B.J. Habibie, Soekarno, atau setidaknya
seperti bang Abdullah alias si doel anak sekolahan—masa kecil yang ceria.
Ternyata di antara teman-teman saya di bangku SMK (STM) dulu banyak yang
ingin menjadi insinyur dan mayoritas adalah pengagum B.J. Habibie. Teman saya
mengatakan kepada saya “jangan hanya mengagumi seseorang secara semu, lihatlah
bagaimana kisah dibalik kesuksesanya.” Banyak diantara mereka banyak yang gemar
membaca artikel B.J. Habibie dan ketika itu sudah tahu bahwa ada “teori B.J.
Habibie”. Sementara saya tidak tahu tentang informasi seperti itu, saya hanya
kagum karena dia “katanya” cerdas dan bisa buat pesawat terbang. Namun sayang,
banyak teman-teman saya yang berpotensial akhirnya gagal atau lebih tepatnya di
gagalkan oleh keadaan. Dan saya bersyukur saya masih di beri kesempatan untuk
mewujudkan cita-cita. Semoga terwujud.
Dan buku True Life Of
Habibie, salah satu upaya saya untuk lebih tahu tentang sosok B.J. Habibie.
Dalam pengantar yang diberikan oleh B.J. Habibie. Beliau mengatakan bahwa
“banyak hal dalam perjalanan hidup saya terdokumentasi dengan baik dalam buku
ini, lebih dari yang saya tahu. Saya bisa mengatakan bahwa buku ini, adalah
biografi yang terlengkap tentang diri saya yang pernah di tulis oleh beberapa
pengarang.
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir pada tanggal 23 juni 1936 di
kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Putra ke empat dari delapan bersaudara
pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Semasa
kecil sampai sekarang B.J. Habibie akrab di sapa dengan Rudy. Makanan kesukaan
B.J. Habibie adalah bubur manado. Ia juga gemar berenang, menyanyi, main
layang-layang, naik kuda, main gundu (keler3ng), mallogo (logo), yaitu
mainan dari tempurung segitiga. Sejak kecil sifat B.J. Habibie memang lebih
serius. Dia tidak seperti lainnya, ia bermain hanya setelah menyelesaikan
pekerjaan rumah. Dan jika bermain dengan blokken (micano), ia akan membuat kapal
terbang dan sebagainnya.
Tanggal 3 sepetember 1950, sesuatu hal yang
tidak terduga, Alwi Abdul Jalil Habibie—ayah B.J. Habibie—mendapat serangan
jantung pada saat bersujud shalat isya. Karena selama ini R.A. Tuti Marini—ibu
B.J. Habibie—lebih mementingkan pendidikan, maka ia mengambil dan memutuskan
tindakan yang berat, serta tidak mau terlalu terbawa duka. Ia memutuskan B.J.
Habibie anak tertua dirumahnya harus pergi ke Jawa. B.J. Habibie kemudian
tinggal di Bandung, tinggal di tempat pak Soedjoed, yang merupakan teman baik
almarhum bapaknya.
Saat di SMA B.J. Habibie mulai tampak menonjol
prestasinya di kelas, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta seperti
matematika, mekanika dan lain-lain. B.J. Habibie kemudian kuliah di ITB Bandung,
selama menjadi mahasiswa ITB, B.J. Habibie memang banyak tertarik pada bidang
pesawat terbang. Salah satu hobinya yang tidak dapat berkembang adalah kegemaran
dan perhatianya terhadap aeromodeling. Ia mempunyai pesawat terbang sendiri dan
selalu di peragakan tetapi model tersebut tak pernah sempat untuk disempurnakan.
B.J. Habibie menjadi mahasiswa ITB praktis hanya 6 bulan, karena kemudian ibunya
bertekad agar anak-anaknya mampu bersekolah semaksimal mungkin termasuk ke luar
negeri.
“Saya memilih B.J. Habibie karena anak itu terlihat lebih serius
dalam hal belajar. Sampai-sampai di balik pintupun dia bisa membaca buku dengan
asiknya” ujar ny. R.A Tuti Marini. Di Technische Hochschule Aachen Jerman
Barat B.J. Habibie memilih jurusan kontruksi pesawat terbang.
Di ceritakan
dalam buku ini bahwa B.J. Habibie ketika di Aachen mendapat serangan semacam
influenza yang virusnya masuk ke jantung. Ini semua terjadi ketika ia sibuk
mengorganisir seminar pembangunan mahaiswa PPI(Perhimpunan Pelajar Indonesia)
saat itu B.J. Habibie menjadi ketua PPI. Disaat seperti itu terkadang ia lupa
makan dan tidak ada yang memperhatikan. Waktu itu tidak ada harapan bagi B.J.
Habibie ntuk hidup. Bahkan, ia sudah dimasukan ke dalam kamar mayat dan di
damping seorang rohaniawan yang khusus datang membacakan doa sebagaimana orang
sakit yang sebentar lagi akan menghembuskan nafas terakhir. Selama 24 jam ia
dalam keadaan tidak sadar. Ia tiga kali di kembalikan ke kamar mayat dari
bangsal biasa. Dalam pembaringan ketika merenung. Dan disitulah ia menciptakan
sebuah sajak berjudul sumpahku.
SUMPAHKU
!!!
“terlentang!!!”//Djatuh!Perih!Kesal!//Ibu pertiwi//Engkau pegangan//Dalam
perdjalanan//djanji pusaka dan sakti//tanah tumpah darahku.
Makmur dan
sutji//….//hantjur badan//tetap berdjalan//djiwa besar dan sutji//membawa
aku,…padamu!!!”
Disinilah terihat bahwa cita-cita dan pengabdianya
kepada tanah air dan bangsanya telah tertanam jauh. Sejak ini merupakan suatu
ekspresi yang dalam kalbu B.J. Habibie. Sejak telah menjadi pernyataan dan
sumpah janjinya untuk menyerahkan jiwa raganya bagi bangsa dan rakyat
Indonesia.
B.J. Habibie meraih gelar Diploma Ing., dengan nilai
cumlaude atau dengan angaka rata-rata 9,5 pada tahun 1960. Dan pada tahun
1965 B.J. Habibie meraih gelar DR. Ingenieur dengan nilai summacumlaude atau
dengan angka rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Feur
Maschinenwesen Aachen. Ia meraih gelar Dr. Ing di bidang kekuatan struktur
keempat yang dihasilkan perguruan tinggi Jerman setelah perang dunia ke-II.
Tugas-tugas dalam penelitian itulah yang terus menerus ditekuninya. Dari
kegiatan sebagi ilmuan inilah B.J. Habibie menghasilkan rumusan-rumusan yang
asli di bidang termodinamika, konstruksi, aerodinamika, dan keretakan.
Penemuan-penemuan tersebut sudah diabadikan oleh berbagai pihak, yang
berhubungan dengan pesawat terbang dikenal dengan “teori habibie”, “factor
habibie”, dan “metode habibie”. Di Jerman, Habibie mendapat julukan yaitu Mr.
Crack.
Saat di Jerman B.J. Habibie bekerja di Messermschmitt
Bolkow Blohm (MBB). Dan pada tahun 1974 B.J. Habibie sudah diangkat menjadi
wakil presiden dan direktur teknologi. Jabatan itu adalah jabatan tertinggi yang
pernah diduduki oleh seorang asing di perusahaan itu.
B.J. Habibie juga
memiliki kisah bagaimana untuk mendirikan Industri Pesawat Terbang Nusantara
(IPTN). Dimana pada waktu itu seluruh dunia menertawakan, tidak ada orang yang
mengangap itu serius. Akhirnya B.J. Habibie mendapatkan mitra yang diingnkan
yatiu Casa Spanyol. Berdasarkan kerjasama dengan Casa Spanyol kemudian IPTN
merancang dan memproduksi CN 235 yang telah di gunakan di Indonesia dan
mancanegara.
B.J. Habibie mengatakan bahwa ia tidak pernah membayangkan
memangku jabatan wakil presiden. “Sebagai putra bangsa, ia hanya ingin
menunjukan pengabdianya. Oleh karena itu apapun yang dikehendaki bangsa, ia akan
selalau merasa terpanggil untuk dapat semaksimal mungkin
memenuhinya.”
“Dengan segala kerendahan hati dan menyadari segala hal
keterbatasan saya, dengan mengucap bismillahirahmanirahim saya siap
melaksankan amanat majelis yang mulia ini, dalam membantu dan mendampingi bapak
presiden Soeharto, sebagi wakil presiden untuk masa bakti 1998-2003.” Urai B.J.
Habibie dalam pidatonya. Sebagai wakil presiden yang ke -7 dalam sejarah
Republik Indonesia.
Menanggapi suara yang menuntut reformasi, wakil presiden
B.J. Habibie menegaskan bahwa reformasi yang sekarang ini banyak di suarakan
masyarakat hendaknya dilaksanakan secara konstitusional dan tdak boleh merugikan
rakyat.
Saat bersejarahpun tiba. Kamis, 21 Mei 1998 tepat pada pukul
09.00 presiden Soeharto menyampaikan pernyataan pengunduran diri sebagai
presiden. Mulai hari itu pula kabinet Pembangunan VII dinyatakan demisioner dan
untuk mengindari kekosongan pimpinan dalam menyelengarakan pemerintahan negara.
Wakil presiden mengisi jabatan presiden. Tepat pada pukul 09.10 wakil presiden
B.J. Habibie mengucapkan sumpah sebagai presiden Republik Indonesia, dengan
disaksikan pimpinan Mahkamah Agung.
Dalam waktu singkat kurang dari 24 jam
setelah B.J. Habibie mengangkat sumpah sebagi presiden RI ke-3 ia mengumumkan
kabinet yang dipimpin dan memberi nama kabinet tersebut, kabinet Reformasi
Pembangunan. Sejalan dengan program mendesak yang telah dicanangkan itu,
beberapa langkah kongkret dalam waktu singkat telah ditempu presiden B.J.
Habibie antara lain memantapkan prosedur dengan jadwal yang jelas tentang
pelaksanaa pemilihan umum yang luber, jujur dan adil.
Dalam penilaian majalah
Asian Week, raport pemerintahan B.J. Habibie menujukan prestasi yang
sangat baik dalam bidang manajemen krisis ekonomi, stabilitas nasional,
pembangunan basis-basis kekuasaan, hubungan luar negeri, penampilan citra yang
berbeda dengan pemerintahan orde baru. B.J. Habibie di nilai tidak mengadopsi
gaya pemerintahan Soeharto yang otoriter, melainkan ia memerintah secara
demokratis dan mengargai hak-hak rakyat.
Menurut B.J. Habibie, mantan
presiden Soeharto kadang kala dianggap orang yang lebih tua dari padanya,.
Tetapi pasti, ia merupakan sahabat yang baik. “Ia orang yang baik. Suatu ketika
ia mengatakan kepada saya, “Rudi, suatu hari kelak banyak orang yang mengamati
kamu. Banyak orang yang mengenal kamu. Kamu akan menjadi orang yang paling
kesepian di dunia karena mengambil keputusan sendiri.” Dan kini, lanjut B.J.
Habibie, “Saya sudah mengalaminya. Saya harus menghadapinya dan mengambilnya
keputusan sendiri secara cepat.”
Hanya pada saat terakahir presiden Soeharto
lengser dan setelah itu, barulah ia merasa ada perubahan sikap presiden Soeharto
dengannya. Ada yang menduga, kemungkinan karena selaku presiden B.J. Habibie
kemudian ‘tega’ meminta mantan presiden di periksa oleh Jaksa Agung dalam
tuduhan yang menyangkut korupsi.
Yang menjadi sejarah kehidupan B.J.
Habibie yang diulas dalam buku ini yaiutu mengenai masalah Timor-Timur. Timor
Timur menjadi masalah Internasional sejak wilayah itu mengakhiri masa kekosongan
setelah ditinggalkan penjajah Portugis sebagi wilayah yang tak berpemerintahan
dengan menyatakan tekadnya utnuk berintergrasi dengan Indonesia sebagimana
diatakan pada deklarasi Balibo 30 November 1976. Presiden B.J. Habibie
memberikan kebebasan kepada rakyat Timor-Timur untuk menetukan nasibnya sendiri,
apakah tetap bergabung dengan Indonesia atau memisahkan diri. Bagi presiden B.J.
Habibie masa depan Timor-Timur tidak hanya di tentukan oleh Jakarta, tetapi juga
oleh seluruh rakyat di tanah Loro Sae itu. Tanggal 30 Agustus 1999 merupakan
hari bersejarah bagi rakyat Timor Timur.
Ternyata dari jajak pendapat
tersebut diketahui bahwa rakyat Timor Timur menjatuhkan pilihan untuk menolak
usulan otonomi luas dengan status khusus yang ditawarkan pemerintah Indonesia.
Hal itu tercermin dari jajak pendapat dengan 344.580 suara (78,2%) memilih
merdeka dan 94.388 suara (21,8%) memilih tetap berintegrasi dengan Indonesia .
Hasil jejak pendapat ini siiarkan serentakdi Dili dan new York.
Biver
Singh—pengamat politik dari Universitas Nasional Singapura—melukiskan masalah
Timor Timur bagaikan “bola panas”. Dengan diserahkannya masalah tersebut kepada
PBB berarti Indonesia melempar bola panas pada PBB. Jadi, yang dilakukan
presiden B.J. Habibie adalah ibarat melempar bola panas (dalam permainan rugby)
dan masyarakat Internasional menangkapnya. Jadi, “kentang panas” itu sekarang
ada pada di gengaman Internasional setelah 24 tahun membakar tangan
Soeharto—yang menganggapnya sebagai bola “emas”.
Masalah Timor Timur
dalam waktu singkat telah menguji kenegarawanan B.J. Habibie di mata dunia.
Masalah ini telah menjadi perhatian dan opini dunia. Timor Timur telah menjadi
bahan perdebatan yang tak henti-hentinya di PBB selama 24 tahun, dan akhirnya
kini berakhir oleh sebuah “ofensif” diplomasi seorang negarawan.
1
Oktober 1999 hingga 22 oktober di selnggarakan siding umum MPR. Penyelengaraan
SU MPR ini merupakan agenda terpenting dalam pemerintahan B.J. Habibie dan
sekaligus merupakan berakhirnya masa jabatan presiden. Munurt Prof. Dr. Nuno
Rocha, pakar komunikasi politik dari sebuah negara Eropa, menyatakan bahwa B.J.
Habibie adalah seorang demokrat yang telah membarikan kontribusi menentukan
dalam politik di Indonesia.
Selain dalam bidang pendidikan dan karir
B.J. Habibie dalam buku ini bercerita tentang hal-hal ringan mengenai kehidupan
B.J. Habibie, yaitu ketika B.J. Habibie bertemu kemudian mempersunting gadis
pujaan atau ketika Habibie menunaikan ibadah haji.
Untuk melukiskan
betapa bergejolak kebahagiaan B.J. Habibie setelah lamarannya di terima
dikisahkan oleh S. Sapiie yang mendengar ungkapan pertama B.J. Habibie yang
ditemuinya di depan kampus ITB ketika itu dalam bahasa Belanda yang antusias.
“saya akan menikah.” S. Sapiie kaget di buatnya dan dengan berkelakar ia
bertanya ,”siapakah wanita kurang beruntung tersebut?” Dalam bahasa Belanda,
”wie is de ongelukkige?” Jawabnya adalah Hasri Ainun Besari.”
Leile Z.
Rachmanto yang juga baru tiba dari Jerman waktu itu melukiskan bahwa jeritan
pertama yang keluar dari mulut B.J. Habibie ketika bertemu aialahn, “Leila,
ich bin verliebth, ich bin verliebth.” (Leila, saya jatuh cinta, saya jatuh
cinta). B.J. Habibie dan Hasri Ainun menikah pada tanggal 12 Mei 1962.
Diceritakan pula bagaimana B.J. Habibie saat menunaikan ibadah haji
untuk pertama kali. B.J. Habibie di sambut dengan hormat oleh kerajaan Saudi.
Pada waktu pangeran mengatakan kepadanya bahwa pemerintah kerajaan Saudi sangat
bangga bahwa seorang Islam seperti B.J. Habibie di Indonesia telah mengangkat
nama Islam di mata dunia dengan prestasi dan progresifitas yang
ditunjukan.
B.J. Habibie akhir-akhir ini banyak menghabiskan waktu di
luar negeri, bayak kalangan masyarakat yang memandang sinis, dan menuduh B.J.
Habibie kurang nasionalis, padalah istri B.J. Habibie—Hasri Ainun—sedang
menderita komplikasi penyakit dan menjalani perawatan dokter intensif. Pengaruh
iklim dan udara sangat berpengaruh pada penyakit yang diderita hasri ainun B.J.
Habibie.
B.J. Habibie adalah sosok yang menarik, dia genius dan
pretisius tapi dengan jiwa religious. Gila kerja tapi suka bercanda, gila
teknologi tapi suka berpuisi. Dan akhirmya setelah saya coba hubung hubungkan
ada kesamaan saya dengan B.J. Habibie. Walaupun saya tidak gila kerja tapi saya
suka bercanda, dan biarpun saya tidak gila teknolgi tapi saya suka bikin
puisi..haha. Maksa memang.
Dan akhirnya dengan membaca buku ini saya
lebih memahami tentang sosok yang saya kagumi secara lebih rasional dari pada
sebelumnya.
“Berikaplah Rasional. Bertindaklah Konsisten, Berlakulah
Adil” (B.J Habibie, True Life of Habibie hal. 207)